Sabtu, 19 November 2016

NGAOS, MAMAOS, MAENPO

NGAOS, MAMAOS, MAENPO

BUDAYA NGAOS/NGAJI

Ngaos, yang dalam bahasa sunda berarti mengaji. Cianjur dijuluki sebagai kota santri, tak heran jika cianjur memiliki slogan cianjur sebagai kota berakhlakul karimah. Nah, jika Anda berkunjung ke Cianjur, anda masih bisa melihat berbagai kegiatan agama yang dilakukan oleh warga Cianjur.

HARMONISASI BUNYI TEMBANG MAMAOS

Saya ingin sekali belajar mamaos cianjur, sebagai seorang penikmat seni. Saya mengakui bahwa mamaos merupakan seni yang unik. Alunan musik yang khas dan "hariring" yang membuat bulu kuduk saya merinding. Lantunan kecapi yang dipadukan dengan harmonisasi suara seruling dan suara sinden yang merdunya minta ampun. Membuat saya betah mendengarnya berlama-lama. Dan lirik mamaos biasanya menggambarkan puji-pujian tentang kebesaranNya. Mamaos juga dikenal sebagai tembang sunda cianjuran.

BELA DIRI MAENPO

Maenpo Cianjur, sudah banyak dikenal di daerah lain di Indonesia. Maenpo merupakan seni bela diri mirip dengan pencak silat. Yang terkenal adalah Maenpo Cikalongan dimana dalam maenpo diajarkan dua jurus yang terkenal yaitu Liwatan dan Peupeuhan. Khasnya adalah diajarkan tentang kepekaan rasa atau sensitivitas ketika bersentuhan satu sama lain.

Apabila filosofi tersebut diresapi, pada hakekatnya merupakan symbol rasa keber-agama-an, kebudayaan dan kerja keras. Dengan keber-agama-an sasaran yang ingin dicapai adalah terciptanya keimanan dan ketaqwaan masyarakat melalui pembangunan akhlak yang mulia. Dengan kebudayaan, masyarakat cianjur ingin mempertahankan keberadaannya sebagai masyarakat yang berbudaya, memiliki adab, tatakrama dan sopan santun dalam tata pergaulan hidup. Dengan kerja keras sebagai implementasi dari filosofi maenpo, masyarakat Cianjur selalu menunjukan semangat keberdayaan yang tinggi dalam meningkatkan mutu kehidupan. Liliwatan, tidak semata-mata permainan beladiri dalam pencak silat, tetapi juga ditafsirkan sebagai sikap untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang maksiat. Sedangkan peupeuhan atau pukulan ditafsirkan sebagai kekuatan di dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.

SEJARAH , FILOSOFI DAN KAEDAH MAENPO CIKALONG

SEJARAH , FILOSOFI DAN KAEDAH MAENPO CIKALONG

PENDAHULUAN
Pencak silat adalah sistem bela diri yang dikenal baru setelah kemerdekaan. Sebelumnya kedua kata ini belumlah terkenal. Namun pemisahan dua kata tersebut menjadi pencak yang memiliki artian “permainan”, teoritis dan propan ataupun silat yang suatu sistem bela diri yang sungguh-sungguh, praktis dan sakral telah dikenal sebagian masyarakat kita terdahulu terutama yang berada dipulau Jawa, Bali dan Madura. Sementara kata silat lebih akrab didengar di masyarakat rumpun Melayu. Tatar Pasundan merupakan salah satu daerah sumber yang memiliki banyak dan beragam aliran, yang mewarnai persilatan dunia. Beberapa istilah pencak silat yang dikenal dalam masyarakat Sunda antara lain penca silat, penca, silat, amengan, ulin dan maenpo.
Kesemuanya ini merupakan suatu hasil dari kekayaan intelektual para leluhur bangsa ini yang yang arif dalam memandang harmoni kehidupan. Namun kini seiring dengan semakin pesatnya laju kehidupan keseharian masyarakat Indonesia yang kian modern, informasi mengenai pencak silat, penca, silat ataupun maenpo bukan semakin melekat erat namun semakin jauh dan serasa asing di masyarakatnya sendiri terutama generasi muda. Adalah merupakan tanggung jawab kita bersama dalam kearifan menyikapi kelangsungan hidup juga kelestarian pencak silat di dalam konteks jaman. Agar senantiasa pencak silat yang dengan segala nilai-nilai keluhurannya dapat mempertahankan keberadaannya di tengah arus budaya global yang kian menderanya.

Sejarah Maenpo Cikalong
Pencak Silat, ada pendapat yang menafsirkan dengan memisahkan arti dari kedua kata namun ada pula yang menganggap kedua kata tersebut sebagai bentuk dari penyatuan kata. Pendapat pertama yang memisahkan artian kata berpendapat bahwa Pencak adalah bentuk permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan menangkis, mengelak dan sebagainya. Sementara silat adalah kepandaian berkelahi, seni bela diri yang berasal dari Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk pertandingan atau perkelahian (KBBI, Pusat Bahasa 2008) Namun kesemuanya itu memiliki kesamaan subtansi di dalam hal pengertian. Tokohtokoh pendiri IPSI menyepakati pengertian pencak silat dengan tidak lagi membedakan pengertian antara pencak dan silat karena memiliki pengertian yang sama. Kata pencak silat adalah istilah resmi yang digunakan Indonesia untuk bela diri rumpun Melayu ini, sementara negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam lebih memilih kata silat.
(Perbincangan dengan Bapak Eddie M. Nalapraya , 26 Mei 2007)

Di Tatar Pasundan istilah bela diri pencak silat dikenal kata penca, silat, penca silat dan maenpo. Untuk kata penca terdapat di dalam manuskrip Sanghyang ikshakandha Ng Karesiyan, kidung Sunda mengenai tragedi Bubat (1346M), Dyah Pitaloka beserta Ayahya Prabu Maharaja Linggabuwana Wisesa dan ibundanya Retna Lisning yang tewas di dalam pertempuran yang sangat tidak berimbang dalam jumlah melawan pasukan kerajaan Majapahit yang menyerangnya.
puluh-puluh rombongan heunteu kaitung
tujuh rupa penca, anu ulin pakarang bae
lain deui bangsa, serimpi bedaya
(hoen 1878:99)
(palagan bubat, soepandi & atmadibrata 1977:45)
Meski induk organisasi pencak silat (IPSI) telah menyepakati tentang pengertian pencak silat itu sendiri, namun demikian dalam masyarakat tradisional Sunda sendiri masih banyak yang mengartikan kata pencak silat sebagai dua kata yang berbeda. Penca sering diartikan sebagai suatu bentuk bela diri yang masih dapat diperlihatkan sebagai bentuk kesenian yang kadang diidentikkan dengan ibing (penca : kaasup olah raga bela diri ngagunakeun karikatan jeung kapinteran ngagerakkeun anggahota badan biasana bari ditabuhan ku kendang penca / termasuk olah raga bela diri yang menggunakan ketangkasan dan kepandaian menggerakkan anggota badan yang biasanya diiringi tetabuhan gendang pencak, Kamus Basa Sunda : R.A. Danadibrata, hal : 514), sementara silat adalah bentuk bela diri atau ilmu perkelahian dan pertempuran yang sesungguhnya yang hanya dikeluarkan pada saat yang mendesak dan tabu untuk dipertontonkan kepada khalayak ramai. Dengan bahasa keseharian penca sering diidentikan dengan kembangna (kembangnya) sedangkan silat buahna, eusina atau intina (buahnya, isinya atau intinya).

1. Asal kata maenpo
Sementara istilah lain dalam bahasa Sunda, khususnya daerah Cianjur pencak silat lebih dikenal dengan sebutan maenpo, meski diakui perkembangan istilah ini tidak sepesat pencak silat dan masih kurang akrab didengar di telinga masyarakat Indonesia. Dan orang yang membawa serta mempopulerkan istilah maenpo ini pada masyarakat Cianjur adalah Raden Haji Ibrahim Jayaperbata dikenal sebagai pendiri aliran Cikalong. Pengertian kata maenpo sendiri ada yang menerjemahkan terdiri menjadi dua kata serta dipisahkan penulisannya yaitu maen (permaenan) dan po (poho) yang berarti lupa begitu pula dalam penulisannya, seperti yang pernah di tulis O’ong Maryono dalam bukunya “Pencak Silat Merentang Waktu”. Selain itu ada juga pendapat yang menuliskannya menjadi satu kata yakni maenpo. Kata maenpo ada juga yang menjadikannya akronim kata maen anu euweuh tempo di populerkan oleh Raden Haji Tarmidi (keponakan dari Raden Haji Ibrahim Jayaperbata). Akronim ini menggambarkan maenpo sebagai suatu seni bela diri yang memiliki pola dan teknik permainan yang yang sangat cepat yang tidak memberikan tenggang waktu yang panjang dan kesempatan bergerak kepada lawan yang dihadapi. Dalam maenpo sendiri pergerakan baik dalam menyerang maupun dalam menahan atau membendung serangan lawan, banyak memanfaatkan celah waktu yang sempit yang dapat mempersulit pergerakan dan posisi lawan. Selain itu ada pula yang mengkaitkan kata po sebagai serapan dari bahasa Cina yang berarti kepalan tangan / pukulan. Hal ini dapat dipahami karena para guru Raden Haji Ibrahim Jayaperbata tinggal di Batavia dimana kemungkinan pengaruh penggunaan istilah bahasa Cina banyak yang menjadi serapan dan bagian dari bahasa keseharian masyarakat Betawi yang kemudian terbawanya penggunaan kata maenpo sebgai istilah ke dalam pembendaharaan kata bahasa Sunda. orang Betawi masih menggunakan dan akrab dengan istilah maen pukulan sebagai padanan kata pencak silat hingga sampai sekarang.

2. Sejarah Maenpo Cikalong
Aliran Cikalong adalah aliran pencak silat yang berasal dari daerah Cianjur, tepatnya desa Cikalong -Cikundul (tempat awal mula berdirinya Cianjur) yang berada kini di kecamatan Cikalong Kulon lokasi ini dapat ditempuh melalui rute jalur alternatif dari Jakarta melalui Jonggol. Kebanyakan orang mengira bahwa aliran Cikalong ini adalah merupakan bela diri yang terinspirasi dari teknik perkelahian hewan mamalia terbang yaitu kalong (pteropus edulis) atau kelelawar besar berdasarkan pada kata dari aliran ini. Maenpo Cikalong sama sekali tidak mengambil bentuk atau terinspirasi dari hewan, Maenpo Cikalong adalah aliran bela diri pencak silat yang merupakan hasil perenungan dari Raden Jayaperbata setelah menunaikan rukun Islam ke lima, Raden Jayaperbata berganti nama menjadi Raden Haji Ibrahim Jayaperbata.
Raden Haji Ibrahim Jayaperbata yang terlahir dari keluarga ningrat dan bangsawan Cianjur, leluhurnya adalah merupakan salah satu pendiri Cianjur. Lahir diawal abad XVIII atau tepatnya pada tahun 1816 meninggal tahun 1906, di desa Cikalong. Diketahui bahwa salah satu dari leluhurnya, Raden Wiranagara atau yang dikenal dengan nama Aria Cikalong pernah berguru dan membawa seorang ahli silat bernama Embah Kahir atau Embah Khaer yang kemudian menetap dikenal sebagai aliran Cimande ke keluarga ini hingga dikenal aliran bela diri ini ke masyarakat luas.

Silsilah leluhur Raden Jayaperbata
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar I (Kanjeng Dalem Cikundul)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar II (Kanjeng Dalem Tarikolot)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar III (Kanjeng Dalem Dicondre)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar IV (Kanjeng Dalem Sabirudin)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar V (Kanjeng Dalem Muhyidin)
Kangjeng Dalem Raden Wiratanudatar VI (Kanjeng Dalem Dipati Enoh)
Raden. Wiranagara (Aria Cikalong)
Raden. Rajadireja (Aom Raja) Cikalong
Raden. Jayaperbata (Rd. Haji Ibrahim)

Guru - guru dan Aliran yang Pernah Dipelajari
tak kurang dari 17 (tujuh belas) guru / perguruan Raden Jayaperbata menimba ilmu bela diri pencak silat, Kebanyakan dari aliran yang dipelajarinya adalah memiliki dasar Cimande. Hal ini dapat dipahami karena saat itu telah berkembang pesat aliran Cimande dan menjadi rujukan bagi perguruan silat yang berada di Tatar Pasundan. Namun dari sekian banyak perguruan dan guru yang dijadikan tempat menimba ilmunya hanya ada empat guru yang menjadi figur sentral dalam aliran Cikalong yang di kemudian hari.
Mereka adalah :
a. Raden Ateng Alimuddin
b. Bang Ma’ruf / Rauf
c. Bang Madi
d. Bang Kari.
Keempat guru inilah yang sangat mempengaruhi bentuk jurus, pola langkah maupun pengerahan tenaga pada aliran Cikalong. Sementara Sabandar atau Mama Kosim atau Mohammad Kosim (1766-1880) yang merupakan seorang pendekar pencak silat Sumatra Barat tepatnya dari Pagaruyung yang pernah berada dan menetap di daerah Sabandar-Cianjur nantinya akan menjadi bagian dari rumusan pola pengerahan tenaga aliran Cikalong pada generasi kedua dan seterusnya, sehingga memperkaya kaidah yang
dimiliki aliran ini.

Hakikat Maenpo Cikalong
Kemampuan mengatasi atau menaklukkan lawan tidak hanya dengan kekuatan jasmani semata namun lebih kepada kemampuan akal dan teknis sehingga terhindar dari malapetaka baik diri sendiri ataupun orang lain, sesungguhnya maenpo Cikalong adalah sebagai alat tali silaturahmi dan persaudaraan. Membeladiri bukan untuk mencelakai lawan, namun Membeladiri dan menyelamatkan lawan
Maenpo Cikalong memandang bahwa keahlian dalam menguasai bela diri sepenuhnya adalah sebagai alat kontrol yang senantiasa mempertimbangkan rasio dan hati (rasa) dalam bertindak dan menganggap bahwa perkelahian bukan merupakan pilihan utama dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul dan ada. Karena keilmuan dalam maenpo Cikalong ditujukan untuk kebaikan dan ibadah bagi yang menyebarkannya maka tindakan menjaga nilai-nilai tersebut perlu dilakukan, yang sering menjadi kendala bagi perkembangannya dan sekaligus menjadi nilai tambah dan keunikan dari aliran maenpo Cikalong ini adalah persyaratan yang terkenal begitu selektif dan ketat. Maenpo Cikalong memandang bahwa ilmu, keterampilan, sikap yang dipelajari lebih dari sekedar “bela diri” sebagai sarana mempertahankan diri namun lebih kepada “aji diri” yakni pemahaman yang lebih mengkaji segala akibat tindakan yang akan dilakukan kepada orang lain jika hal tersebut terjadi pada diri sendiri.
sangat sulit untuk mengetahui siapa yang sudah tinggi ilmunya dan siapa yang masih rendah, sebab apa yang tampak , misalnya kebagusan ibing (tari penca) tidak dapat di jadikan
patokan kemahiran penca.


BELAJAR MAENPO CIKALONG
”Ulah hayang ngan bisa lamun diajar Cikalong mah, ngan kudu ngarti...”
Dalam maenpo Cikalong mempelajari ilmu adalah suatu kegiatan yang tidak mengenal kata tamat. Salah satu bentuk pesan yang pernah dikatakan oleh penyebar generasi pertama, Raden Obing Ibrahim (1860-1942) mengatakan:
Diingatkan kepada semua yang sedang belajar atau yang sudah belajar amengan (penca), janganlah sampai melanggar nasihat gurunya, seperti mencoba ilmu orang lain atau memamerkan gerakan di jalan atau di tempat umum, sebab hal demikian kurang pantas. Belajar amengan itu tidak ada akhirnya, selamanya kita belajar terus, berakhir hanya pada saat meninggal. Tradisi lisan yang menjadi budaya dalam sejarah bela diri Tatar Pasundan menurunkan berbagai pedoman dalam pembiasaan dan pemerasaan di bela diri, yang biasanya belum banyak penelitian dan penelaah yang mendalam mengenai sistem pembelajaran yang unik ini karena diperlukan pengkajian lebih mendalam untuk “melihat” khazanah kekayaan yang dimilikinya, salah satu keunikan yang jarang sampai ke khalayak ramai diantaranya adalah “rasa” maenpo Cikalong menurut cara pandang orang maenpo Cikalong itu sendiri.

Rasa
Rasa dalam pengertian maenpo Cikalong yang adalah kejadian atau pengalaman seseorang mendeteksi keinginan atau kehendak lawan sebelum melakukan gerakan. Ini didapat dari berbagai pengalaman yang dilatih dengan “napel” atau “tempelan”dengan berbagai karakter orang. Apabila semakin banyak seorang praktisi Cikalong melakukan “napel” atau “tempelan” dengan berbagai orang maka akan semakin banyak input memory yang akan ia dapat untuk mendeteksi kehendak lawannya. Napel atau tempelan adalah salah satu bagian dari teknik pelatihan maenpo Cikalong dimana antara murid dengan murid ataupun murid dengan guru
saling menempelkan tangan baik satu maupun keduanya yang dimaksud untuk mengetahui, mengukur dan merasakan seberapa besar tenaga lawan dan arah gerak yang akan dilakukan Tingkatan Penguasaan Maenpo Cikalong
a. Gerak
Pengertian gerak menurut maenpo Cikalong adalah semua bentuk teknik bela diri baik serangan, tangkisan atau elakan yang meliputi kaki dan tangan maupun pola langkah mengandung tenaga yang masih terlihat oleh mata dan dapat disaksikan banyak orang. Dengan kata lain segala bentuk pergerakan anggota badan, pemindahan atau pengubahan posisi badan yang memiliki niat untuk mencapai sasaran yang terlihat itu dinamakan gerak. Penggambaran gerak yang dimaksud maenpo Cikalong meliputi setiap pergerakan anggota badan, lintasan, arah juga pengenaan sasaran.

b. Rasa / Gerak Rasa
Gerak Rasa adalah gerak yang didapat dari pelatihan yang berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan tata gerak silat yang benar dan hingga mencapai tahapan kehalusan, pada penggunaannya gerak rasa ini adalah keadaan yang tak begitu terlihat mendekati samar oleh banyak orang namun hanya dapat diketahui dan dirasakan oleh dua orang yang sedangmelakukan permainan pencak silat ataupun pertarungan.
perpindahan gerak anggota badan, namun telah lebih kepada penyaluran tenaga yang biasanya dilakukan pada tangan adalah antara siku hingga ujung jari tangan, perpindahan bobot dan berat tubuh, tebal tipis areal sentuhan dan mengeras atau tidaknya otot. Seseorang yang memasang uda-kuda tengah sejajar dapat memindahkan bobot dan berat tubuhnya tanpa menggeserkan kaki dengan jauh, ini dapat dilakukan dengan mengeraskan otot salah satu kaki atau melakukan enekanan lebih pada salah satu kaki untuk menitikberatkan posisi ke salah satu kaki.

c. Usik
Usik adalah gerakan kecil yang tidak lagi dapat dilihat tapi hanya dapat dirasakan oleh lawannya dengan menggunakan perubahan tenaga dan teknik yang dilakukan adalah memakai rumusan Madi, Sabandar dan Kari. Usik sendiri memiliki tingkat kehalusan di atas “rasa” di mana pengerahan tenaga pada tangan biasanya hanya sebatas pergelangan tangan ingga ujung jari tangan. Begitu terbatasnya areal penggunaan pada tangan hingga tingkat kesulitan melakukannyapun sangat tinggi, hal ini pula yang menjadikannya banyak penafsiran dan memahaman yang berbeda dalam mengartikan padanan kata dari usik itu ke dalam bahasa keseharian.
Fungsi usik berbeda dengan gerak, di mana gerak lebih kepada niat mencapai atau menghindari sasaran sementara usik adalah berfungsi “mematikan gerak.” Yang dimaksud “mati gerak” dalam usik maenpo Cikalong lebih kepada terbendungnya keinginan lawan untuk melakukan pergerakan bukan dengan mencederai apalagi melukai, dimana ketika posisi lawan enak dan nyaman maka usik berfungsi merubah keadaan di mana menjadikan posisi lawan tidak enak dan tidak nyaman, atau di mana lawan berkeinginan memukul maka dengan usik keinginan tersebut dibendung Seperti halnya rasa jika sebuah usik yang dilakukan dan diperlihatkan pada seseorang dan orang tersebut belum mendapatkan penjabaran secara lengkap akan pembagian tingkatan dalam maenpo Cikalong itu sendiri maka seringkali penafsiran tentang hal tersebut akan jauh dari maksud sebenarnya, hal itu pula yang membuat nilai keunikan maenpo Cikalong tidak serta merta sampai kepada khalayak luas.

Sejumput Kaidah Gerak dan Rasa Dalam Maenpo Cikalong
Dalam Pembentukan Pribadi

- Dalam melakukan gerak dasar Jurus dalam bahasa Sunda dijadikan sebagai akronim dari dua buah kata yaitu jujur dan lurus. Jujur mengandung makna bahwa setiap perilaku yang ada pada pribadi seorang praktisi maenpo Cikalong harus memiliki sikap jujur dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan lurus berarti bahwa setiap indakan di dalam kehidupan harus memiliki suatu pedoman yang lurus sebagai arah (dalam aliran Cikalong agama Islam-lah yang dijadikan sebagai pedoman) guna menghindarkan diri dari berbagai kesalahan dan perbuatan tercela serta merugikan diri sendiri dan orang lain.
- Berdiri kokoh memperlihatkan kekokohan niat baik di dalam hati yang hanya mengharapkan akan ke- ridho-an Allah SWT semata
- Pandangan yang lurus ke depan, memperlihatkan kepercayaan diri dan keberanian. Maksudnya timbulnya keberanian semata-mata hanyalah sebagai bentuk perwujudan dari pembelaan atas kebenaran yang diyakini.
- Badan yang bagian pundak agak sedikit dibungkukkan (rengkuh / bahasa Sunda) menandakan sikap dan sifat yang sopan santun juga rendahan hati. Maenpo Cikalong tetap menempatkan etika dan kesantunan (budaya Sunda) serta kerendahan hati dalam bersifat dan bersikap sehingga lawan yang dihadapi
- Bersikap tenang atau rileks dalam sikap pasang, memberikan makna bahwa bagi seorang praktisi maenpo Cikalong kegagahan bukanlah sikap yang harus ditonjolkan sehingga ingin mendapat kesan ditakuti. Namun kegagahan adalah bentuk “kerja” dari suatu hasil.
- Berhenti sejenak setelah melangkah, memberi arti pembiasaan akan sikap menahan emosi, kesiapan, kesiagaan dan keberhatian-hatian atau kewaspadaan.
-Pukulan dengan tangan yang terbuka mengandung arti kesantunan, dalam sudut pandang maenpo Cikalong segala bentuk sikap yang memperlihatkan kesombongan dan menantang (seperti mengepalkan tangan atau meureupan dalam bahasa Sunda adalah tidak sopan) tidak diperbolehkan.
- Kembalinya tangan pada posisi awal memberi isyarat bahwa setiap selesai melaksanakan sesuatu hendaknya tidak lupa untuk kembali.
- Andaikan belum bisa bersilat: jika ada anggota tubuh yang kesusahan maka yang lain harus membantu
- Jika telah mampu / bisa: maka jika ada kesusahan berusahalah sendiri
- Jika telah ahli maka bela diri adalah untuk membela diri dan menyelamatkan diri sendiri dan lawan bukan untuk mencelakakannya.
- Begitu santunnya etika yang diterapkan seringkali dalam pembahasan lawan lebih banyak dianggap sebagai tamu.Sehingga ketika seseorang bertamu disambut, disediakan atau dijamu, diberi oleh-oleh dan diantarkan (kedah dipapag, disayogikeun, dibekelan, dianter)
- Dasar kuatnya tenaga karena posisi, rubahlah posisi. Sejajar dibuat tidak sejajar, tidak sejajar dibuat sejajar. Menyatu dipisahkan, berpisah disatukan
- Balik ka imah adalah suatu kaidah dalam maenpo yang mengembalikan posisi kepada posisi alami manusia sehingga dapat menahan dan mengatasi pergerakan lawan, mengingatkan diri bahwa penciptaan manusia sebagai sebaik-baik bentuk adalah hal yang patut disyukuri dalam konteks keimanan.

tulisan ini adalah makalah yang dibuat dan disajikan oleh Sdr Iwan Setiawan
pada seminar pencak silat di Universitas Indonesia, Depok

Ngaos, Mamaos dan Maenpo

Cianjur memiliki filosofi yang sangat bagus, yakni ngaos, mamaos dan maenpo yang mengingatkan tentang 3 (tiga) aspek keparipurnaan hidup. Ngaos adalah tradisi mengaji yang mewarnai suasana dan nuansa Cianjur dengan masyarakat yang dilekati dengan ke beragamaan. Citra sebagai daerah agamis ini konon sudah terintis sejak Cianjur ada dari ketiadan yakni sekitar tahun 1677 dimana tatar Cianjur ini dibangun oleh para ulama dan santri tempo dulu yang gencar mengembangkan syiar Islam. Itulah sebabnya Cianjur juga sempat mendapat julukan gudang santri dan kyai. Bila di tengok sekilas sejarah perjuangan di tatar Cianjur jauh sebelum masa perang kemerdekaan, bahwa kekuatan-kekuatan perjuangan kemerdekaan pada masa itu tumbuh dan bergolak pula di pondok-pondok pesantren. Banyak pejuang-pejuang yang meminta restu para kyai sebelum berangkat ke medan perang. Mereka baru merasakan lengkap dan percaya diri berangkat ke medan juang setelah mendapat restu para kyai. Mamaos adalah seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadi perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup. Seni mamaos tembang sunda Cianjuran lahir dari hasil cipta, rasa dan karsa Bupati Cianjur R. Aria Adipati Kusumahningrat yang dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti. Ia menjadi pupuhu (pemimpin) tatar Cianjur sekitar tahun 1834-1862.

Seni mamaos ini terdiri dari alat kecapi indung (Kecapi besar dan Kecapi rincik (kecapi kecil) serta sebuah suling yang mengiringi panembanan atau juru. Pada umumnya syair mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran Tuhan dengan segala hasil ciptaanNya. Sedangkan Maenpo adalah seni diri pencak silat yang menggambarkan keterampilan dan ketangguhan. Pencipta dan penyebar maenpo ini adalah R. Djadjaperbata atau dikenal dengan nama R. H. Ibrahim aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan. Dalam maenpo dikenal ilmu Liliwatan (penghindaran) dan Peupeuhan (pukulan).

Apabila filosofi tersebut diresapi, pada hakekatnya merupakan symbol rasa keber-agama-an, kebudayaan dan kerja keras. Dengan keber-agama-an sasaran yang ingin dicapai adalah terciptanya keimanan dan ketaqwaan masyarakat melalui pembangunan akhlak yang mulia. Dengan kebudayaan, masyarakat cianjur ingin mempertahankan keberadaannya sebagai masyarakat yang berbudaya, memiliki adab, tatakrama dan sopan santun dalam tata pergaulan hidup. Dengan kerja keras sebagai implementasi dari filosofi maenpo, masyarakat Cianjur selalu menunjukan semangat keberdayaan yang tinggi dalam meningkatkan mutu kehidupan. Liliwatan, tidak semata-mata permainan beladiri dalam pencak silat, tetapi juga ditafsirkan sebagai sikap untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang maksiat. Sedangkan peupeuhan atau pukulan ditafsirkan sebagai kekuatan didalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.

Pengenalan PPS Nampon


Penyembuhan Nampon (Therapy Energy)

Ilmu Nampon bukanlah suatu ilmu yang takhayul atau gaib. Tidak semua penyakit dapat disembuhkan, karena kami manusia yang serba lemah dan senantiasa meminta izinNYA, dan ridho Tuhan Yang Maha Esa atas tiap tindakan kita membela yang lemah.
Murid Nampon bukanlah seorang yang membuat mukjizat. Semua kemampuan didapatkan melalui ketekunan murid belajar, berlatih, berlatih dan berlatih serta mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya tiap manusia dilahirkan dengan memiliki potensi tenaga yang besar. Dengan mengenali dan menguasai diri dengan baik, maka Tenaga Dalam yang dimilikinya akan dapat membawa manfaat sebesar-besarnya bagi dirinya, keluarganya, bangsa dan negaranya.
Bentuk ? bentuk energi
Dalam ilmu fisika, energi adalah kemampuan atau kapasitas untuk melakukan sesuatu atau menghasilkan perubahan. Energi dapat berbentuk panas, cahaya, suara, listrik atau kimia.
Energi statis atau energi potensial adalah energi yang ada karena posisi atau kondisi, sementara energi kinetis adalah energi yang dimiliki tubuh atau benda karena gerakannya. Meskipun sebuah benda atau massa terlihat dalam keadaan diam, atom dan molekul yang terdapat di dalamnya tetap bergerak dan memiliki energi kinetik. Energi statis atau energi potensial dapat berubah menjadi energi kinetik dengan terjadinya usaha atau gerakan pada massa/benda tersebut. Misalnya batu di ujung tebing yang memiliki energi potensial, bila didorong dan jatuh maka batu tersebut memiliki energi kinetik.
Energi kinetik rata-rata yang dimiliki atom atau molekul diukur dengan temperatur dari benda/massa di mana atom atau molekul tersebut berada. Sebuah benda dengan massa yang lebih besar memiliki atom dan molekul yang lebih banyak daripada benda atau massa yang lebih kecil (ringan). Dengan demikian energi kinetik dari sebuah benda yang lebih berat - lebih besar daripada energi kinetik dari sebuah benda yang lebih ringan dengan temperatur yang sama.

Tenaga Dalam
Tiap-tiap orang mempunyai lapangan Tenaga Dalam, orang yang belum belajar maka lapangan Tenaga Dalamnya sempit, kira-kira 1 sampai 2 cm dari tubuhnya. Orang yang sedang marah Tenaga Dalamnya mengembang, dan disebut Tenaga Dalam aksi. Maka bila terjadi reaksi dari depan atau belakang orang yang sedang beraksi itu maka ia akan jatuh. Yang disebut ber-reaksi ialah orang yang mempunyai Tenaga Dalam aktif (terlatih atau marah). Orang yang sedang marah, syaraf otaknya kurang normal, tenaga berkumpul dalam dada, sebaliknya syaraf otak belakang orang itu dalam keadaan negatif, maka walaupun ia tidak belajar Tenaga Dalamologi atau praktikal Tenaga Dalam pada waktu itu orang tersebut mempunyai Tenaga Dalam aktif sementara.
Silat Nampon dari Jawa Barat
Tenaga Dalam Nampon dinamakan juga Pencak Silat Tenaga Dalam, merupakan gabungan aliran Cikalong, Cikaretan, Syahbandar Kari dan Madi. Ilmu Nampon Jurus Gebreg Nampon (Gerakan regenerasi bersama) merupakan ciptaan Alm Embah Khair yang diturunkan kepada Uwak Nampon hasil pelajaran Alm. Nampon yang puluhan tahun, menghasilkan gerakan yang berbeda dari yang lain dan berlandaskan sikap pandang Alm. Nampon yang khas. Apabila pencak silat yang lainnya merupakan rangkaian gerakan dengan mengangkat kaki, Alm Nampon menciptakan Gerak langkah merapat kaki selalu ditanah, dengan dasar 10 macam gerak pencak.
Pada ilmu Nampon, Tenaga Dalam ialah energi yang ditimbulkan dengan jalan senam atau jurus dengan disertai latihan nafas. Gerakan pernafasan diatur oleh pusat pernafasan dalam otak yang mempunyai perangsang Tenaga Dalam yang penuh dengan zat asam. Apabila di dalam darah tidak ada zat asam, maka otak tidak menerima perangsang lagi, timbullah suatu daya yang disebut daya sandi yang dapat mengompakkan energi menjadi energi yang lebih besar/intens. Setelah Tenaga Dalam terkumpul dalam otot-otot (butir-butir Tenaga Dalam terdiri dari butir-butir Bio elektrisitas), lalu dikembalikan oleh daya pernafasan, dan daya fikiran yang berpangkal dalam otak. Daya fikiran dalam otak disebut pula daya saran, maka bio elektrisitas itu melompat bergetar dan bergelombang keluar dan tak kembali lagi, tetapi dalam badan terus memproduksi dan tidak akan habis-habisnya selama manusia itu hidup.
Berlainan dgn jurus penca silat lain, Aliran Alm Nampon berpusat didada sehingga gerak ditangan serasa kosong, berorientasi pada kesamaan gerak. Dari seluruh organ anggota tubuh tangan, kaki, dada, mata, dan nafas. Tenaga otot dipusatkan di otot dada dan belikat. Setiap gerak diakhiri dengan kesamaan tindak laku otot didada, tangan, kaki yang disabet dan digabreg (dihentakkan dan dikompakkan bersama-sama dalam satu gerakan). Karena dasar yang khas inilah jurus khas ini akhirnya dikenal dengan sebutan Jurus Gebreg (Singkatan dari gerakan Regenerasi Bersama). Karena terkenal dengan gaya Penca Silat yang khas dan baru, muncul berbagai sebutan. Ada yang menamakan Ulin nampon, ada juga yang menamakannya Stroom, Timbangan, Spierkracht/tenaga dalam.
Ilmu silat Nampon dari Jawa Barat didirikan oleh Alm. Uwa Nampon pada 1932 di Padalarang.
Bagaimana memelihara keseimbangan
Sepuluh jurus nampon memiliki karakter ciri sendiri, dan jika digabungkan, kesepuluh jurus nampon akan menghasilkan energi power yang lengkap
Sebagai Ilmu, yang berakar pada budaya dan seni tatar Sunda, Ilmu Pencak silat Nampon memiliki empat unsur:
    • Energi sebagai Unsur beladiri,
    • Energi sebagai Unsur kesehatan - olahraga, serta penyembuhan
    • Energi sebagai Unsur seni
    • Energi sebagai Unsur mental spiritual
Energi sebagai unsur kesehatan, serta penyembuhan
Pernapasan dan meditasi Nampon dapat mengurangi tingkat kejenuhan dan menjaga kesehatan seseorang. Seseorang yang mempelajari tehnik pernapasan dan meditasi Nampon dibandingkan dengan orang yang tidak mengikuti pelatihan ini dengan faktor demografik yang sama (umur, pendidikan, dll) sangat terlihat perbedaaannya.
Beberapa manfaat yang sangat berarti dalam mempelajari Nampon adalah :
  1. Mengurangi tingkat kejenuhan, kegelisahan, tekanan pekerjaan, insomnia dan pegal-pegal
  2. Mengurangi efek samping rokok dan minuman keras
  3. Meningkatkan kesehatan dan menurunkan keluhan kesehatan
  4. Meningkatkan efektifitas, hasil kerja yang memuaskan dan hubungan kepribadian.
  5. Mengurangi Stres dan Ketegangan Otot
  6. Meningkatkan Daya Kretifitas
  7. Mengurangi Faktor Resiko Penyakit Jantung
  8. Menjaga Stamina Tubuh (Penyembuhan dengan Pengobatan Psikomatik)
  9. Memperlambat Proses Penuaan
  10. Mengurangi Pengaruh Rokok, Minuman Keras dan Penggunaan Alkohol
Beberapa anggota yang sudah mengikuti latihan mengatakan bahwa mereka melihat peningkatan dari hasil pekerjaan dan kepuasan bekerja dibandingkan sebelum mereka mengikuti pelatihan Nampon ini.
Keuntungan untuk Perusahaan :
  • Peningkatan produktifitas
  • Peningkatan kreatifitas
  • Peningkatan terhadap hasil kerja
  • Meningkatkan penjualan dan keuntungan
  • Meningkakan kerjasama dan komunikasi
  • Meningkatkan kesehatan karyawan
  • Mengurangi tingkat absensi atau ketidak hadiran karena sakit
  • Mengurangi tingkat kecelakaan kerja
Keuntungan untuk Para Eksekutif :
  • Meningkatkan tingkat kreatifitas dan daya pikir
  • Meningkatkan daya konsentrasi
  • Meningkatkan tingkat pengambilan keputusan
  • Meningkatkan stamina tubuh
  • Menurunkan tingkat stres atau kejenuhan
  • Menambah tenaga dan vitalitas
  • Memperbaiki hubungan kerja
  • Memperbaiki kehidupan berkeluarga
  • Menurunkan tekanan darah tinggi dan kolesterol
  • Meningkatkan kepekaan terhadap situasi- mempertajam naluri


Keuntungan bagi Karyawan :
  • Menambah efisiensi
  • Menurunkan tingkat kesalahan
  • Memperbaiki keselamatan dalam bekerja
  • Memperbaiki hasil kerja dengan menekan tingkat kejenuhan
  • Mengurangi ketegangan otot
  • Meningkatkan keceriaan dan kepuasan dalam bekerja
  • Mental dan fisik yang lebih baik
  • Memperbaiki kehidupan berkeluarga
Energi sebagai unsur penyembuhan penyakit
Penyakit menurut Nampon dapat berasal dari dalam diri sendiri atau masuk dari luar tubuh. Karena tubuh terdiri atas unsur fisik, pikiran dan jiwa, maka penyakit juga dapat diakibatkan oleh ketidak seimbangan pada tubuh, pikiran dan jiwa. Nampon memandang penyakit sebagai tenaga yang dapat membinasakan, atau energi yang harus dilawan. Penyakit = musuh, sementara musuh harus dilawan.
Dengan mengenali perbedaan getaran, temperatur dan sinar dari berbagai bagian tubuh inilah seseorang yang memiliki ilmu Nampon dapat mengetahui ketidak normalan yang terjadi pada satu atau lebih bagian tubuh. Bagian tubuh yang terganggu /tidak normal memancarkan sinar tubuh/hawa/getaran/frekwensi yang berbeda dibanding bagian tubuh yang normal. Sel yang tidak normal dinetralisir, sementara sel yang mati di rangsang agar tereproduksi kembali, diganti oleh sel baru yang normal.
Kesimpulan
Apakah Ilmu Nampon menyembuhkan semua penyakit? Tidak.
Tenaga Dalam Ilmu Nampon tidak dapat menyembuhkan semua penyakit. Seluruh kemampuan anggota dan murid hanya mungkin karena kehendak dan izinNYA. Pada akhirnya semua ini dikerjakan demi ibadah kita dijalanNYA, seperti juga yang diajarkan guru-guru Ilmu Nampon.

Sejarah Maenpo Syahbandar

Maenpo Sahbandar (Syahbandar/Sabandar) pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad Kosim (lebih dikenal sebagai Mama Kosim, Mama adalah panggilan hormat untuk ulama besar atau guru besar (bahasa sunda – Red). Seperti juga tokoh dari aliran lainnya, asal dari Mama Kosim sendiri dan Maenpo yang diajarkan memiliki banyak versi. Meskipun begitu, semua versi menyebutkan bahwa beliau adalah keturunan keluarga terkemuka dari Sumatra Barat, cuma masih dipertentangkan apakah berasal dari Solok, pesisir Padang, Pagaruyung atau Bukit Tinggi.
Disamping itu tentu saja banyak pertanyaan mengenai asal dari Maenpo yang diajarkan oleh Mama Kosim. Ini berkaitan perbedaan jumlah jurus dari beberapa pewaris Maenpo aliran Sahbandar ini, pendapat ini akhirnya sampai pada kesimpulan tentang kemurnian Maenpo yang diajarkan oleh Mama Kosim didasarkan kepada aliran asalnya.
Kali ini saya tidak akan menuliskan versi-versi cerita yang beredar mengenai Mama Kosim, tetapi akan langsung menuliskan apa yang sering diceritakan di lingkungan keluarga kami secara turun temurun.
Keberadaan Mama Kosim mulai ramai diperbincangkan ketika secara tidak sengaja salah satu murid dari Maenpo Cikalong menjadi muridnya. Saat itu diceritakan bahwa Mama Kosim tinggal di Kampung Sahbandar – Karang Tengah – Cianjur dan beliau merupakan santri dari Ajengan Cirata. Beliau belajar Tarekat Nasbandaqiyah di bawah bimbingan Ajengan Cirata. Sejak diangkatnya menjadi murid salah seorang murid Maenpo Cikalong oleh Mama Kosim, dan juga sejak pertemuan Mama Kosim dengan Rd. H. Ibrahim, nama Mama Kosim mulai dikenal secara luas di kalangan bangsawan-bangsawan Sunda dan santri-santri di daerah Jawa Barat. Mulai saat itulah orang-orang mengenal apa yang dinamakan sebagai Maenpo Sahbandar dan mulai saat itu juga cukup banyak yang berguru ke Mama Kosim, termasuk santri-santri di pesantrennya Ajengan Cirata, bahkan Ajengan Cirata sendiri merupakan murid Maenpo nya Mama Kosim. Meskipun begitu, latihannya sendiri saat itu masih tertutup untuk umum. Jadi hanya murid-murid dari Maenpo Cikalong dan kalangan santri dari Pesantren Ajengan Cirata. (Catatan: Ajengan adalah bahasa Sunda yang harfiahnya hampir sama seperti Gus di Jawa Tengah atau Timur).
Mama Kosim sendiri digambarkan sebagai orang yang sangat teguh pendirian, sabar dan lembut. Keteguhan hatinya digambarkan ketika beliau mengikuti kepindahan Ajengan Cirata ke Sindang Kasih di Purwakarta. Kesabaran dan kelembutannya bisa dilihat dari Maenpo yang diajarkannya. Setelah istrinya meninggal di Sindang Kasih, Mama Kosim memutuskan untuk pindah dan menetap di Wanayasa. Wanayasa terletak masih di daerah Purwakarta. Alasan kepindahannya bukan hanya karena kesedihan ditinggal istri, tetapi juga tujuan dakwah. Saat itu Wanayasa dikenal sebagai kota baru yang dinamis. Mama Kosim mengajar ilmu agama di Mesjid Agung Wanayasa dan juga mengembangkan lebih jauh Maenponya di sana. Di kota kecil ini juga beliau menikah kembali dengan kerabat Menak dari Cianjur (Menak = bangsawan), ini semakin mempererat hubungan antara Mama Kosim dan keluarga besar Maenpo Cikalong. Beliau mengajar ilmu agama dan Maenpo Sahbandar di Wanayasa sampai meninggal di tahun 1880.
Pengaruh Ajengan Cirata.
Salah satu sebab keberagaman (perbedaan jumlah jurus) dari Sahbandar menurut para sesepuh adalah pengaruh dari Ajengan Cirata. Karena itulah ada kepercayaan, Sahbandar dengan jumlah jurus yang banyak (Jurus 25 di Sukabumi) adalah Sahbandar yang diajarkan khusus untuk Santri-santri, dengan tujuan meskipun jumlah jurus banyak, tetapi lebih mudah dimengerti. Sedangkan Sahbandar dengan jurus yang sedikit dipercaya sebagai jurus-jurus awal (Jurus Lima dan Jurus Tujuh) dan jurus akhir (Jurus Sebelas). Jurus awal maksudnya adalah jurus ketika pertama dikenalnya Mama Kosim, sehingga yang menguasai jurus ini kebanyakan dari kalangan Maenpo Cikalong (meskipun begitu cukup banyak juga komunitas Maenpo Cikalong yang menguasai jurus dengan jumlah banyak). Dan jurus akhir adalah jurus yang diajarkan ketika beliau mau meninggalkan Sindang Kasih dan menetap di Wanayasa.
Penelusuran Pak Rais (Bpk. Adung Rais)
Pak Rais pernah melakukan suatu penelusuran kecil ke daerah Pagaruyung dan Solok, dengan tujuan melacak asal dari Maenpo Sahbandar. Ternyata, bentuk-bentuk jurus yang sekarang diajarkan di sana dan diduga sebagai asal Maenpo Sahbandar sudah berbeda sekali dengan Maenpo Sahbandar yang diajarkan di daerah Jawa Barat. Ini mungkin disebabkan karena Mama Kosim sendiri terus mengembangkan Maenpo nya, dipengaruhi oleh Tarekat Nasbandaqiyah, dan juga persahabatannya dengan tokoh-tokoh silat di Betawi dan tanah Pasundan saat itu (Mama Kosim bersahabat sangat akrab dengan Bang Madi, Bang Kari dan Rd. H. Ibrahim). Pengembangan Maenpo nya inilah yang menyebabkan Mama Kosim menyebut Maenpo nya sebagai Maenpo Sahbandar (informasi K.H. Musthofa dan Mama Hisbulloh).
——————————-
Disadur dari tulisan Kang Mpay, yang pernah menuliskan-nya di forum kaskus.us

Sejarah Maenpo Cikalong

Satu lagi keistimewaan Raden H. Ibrahim adalah dalam penerimaan murid. Beliau tidak memiliki murid yang banyak karena beliau berpikir setiap murid harus punya waktu khusus dengan beliau. Satu waktu latihan untuk satu murid. Dan juga beliau sangat berhati-hati dalam memilihnya, karena apa yang beliau pelajari dan ajarkan bisa menjadi sangat berbahaya kalau ada di tangan yang salah.
Dengan jalan begitu beliau betul-betul mengenal karakter setiap murid dan juga kelebihan serta kekurangan masing-masing. Beliau tidak akan begitu saja misalnya mengajarkan “Peupeuhan” kalau murid itu punya kelebihannya di “Ulin Tangtung”, begitu sebaliknya. Tetapi ada juga murid-murid yang sangat berbakat, misal Rd. Obing (yang akhirnya dikenal dengan nama Rd. Obing Ibrahim, nama Ibrahim diberikan oleh Rd. H. Ibrahim sendiri karena sangat sayang dengannya). Rd. Obing Ibrahim adalah contoh murid yang diajarkan semuanya.
Dari semuanya itu, yang sangat penting di Maenpo Cikalong adalah “Olah Rasa”, yang dilakukan melalui “Ulin Tapel”. Jadi murid-murid baik itu yang pelajar Peupeuhan, Ulin Tangtung, Ulin Puhu, dsb… pada akhirnya semua belajar Ulin Tapel. Ulin Tapel (olah rasa) sendiri dilakukan dalam tahapan:
1. Rasa Napel
2. Rasa Anggang
3. Rasa Sinar
1. Rasa Napel (Napel = Menempel)
Ini adalah tahap pertama dalam olah rasa, dilakukan dengan menempelkan kedua lengan dengan lawan. Untuk murid dengan “rasa” yang sudah sangat halus dan tajam, mereka melakukannya dengan tidak melihat (menunduk atau menutup mata dengan kain), tetapi bisa merasakan pergerakan lawan maupun arah tenaga dan sumber tenaga lawan.
2. Rasa Anggang (Anggang = “terdapat jarak”)
Tahapan kedua adalah “rasa anggang”, yang dilakukan tanpa menempelkan tangan, dan mencoba membaca tenaga, arah serangan, sumber tenaga dan pergerakan lawan. Ini seperti “rasa napel” yang diberi jarak. Seperti juga dalam “rasa napel”, murid-murid expert bisa melakukannya dengan mata tertutup.
3. Rasa Sinar
Ini mungkin terdengar dan terlihat seperti “utopia”, seperti mimpi… seperti khayalan. Tetapi kalau sudah melihat seorang pelaku Maenpo Cikalong melakukannya mungkin akan percaya. Hal ini tidak berhubungan dengan ilmu ghaib. Rasa Sinar sendiri bisa diartikan latihan intuisi dan eksistensi. Mungkin salah satu contoh penerapannya kita bisa mengetahui orang yang datang mendekati kita itu punya niat baik atau jahat. Sesuai dengan namanya, merasakan dari “sinar” orang.
Ketiga “olah Rasa” tersebut bertujuan untuk mencari “kesempurnaan rasa” dalam Maenpo Cikalong yang disebut “rasa sajeroning rasa”, artinya “rasa di dalam rasa”. Sebuah wujud ketenangan dan kematangan dalam ber-Maenpo.
TAMAT
——————————-
Disadur dari tulisan Kang Mpay, yang pernah menuliskan-nya di forum kaskus.us

Silat Sunda disebut Maenpo

Silat Sunda disebut Maenpo

Silat Sunda dalam bahasa aslinya disebut Maenpo dan tiap perguruan mengartikan Maenpo itu berbeda-beda, yang saya ketahui adalah sebagai berikut:
1. Maenpo berasal dari kata Maen dan Peupeuh(Peu=Po) atau Maen dan Po, yan berarti "Maen Pukulan" Peupeuh= pukulan. Untuk kata Po ada yan menduga kata ini berasal dari kosakata bahasa Cina mang ahli mungkin jika ada yang ahli bahasa China/Mandarin/Hokain bisa menjelaskan!
2. Maenpo berasal dari kata "Maen anu tara mere tempo" artinya permainan yang tidak memberi tempo kepada lawan sehingga lawan tidak bisa mengembangkan jurusnya.
3. Maenpo berasal dari bahasa sunda yang disebut "Maen Poho" poho dalam bahasa Indonesia berarti lupa. Jadi Maenpo diartikan sebagai maen sampai kita lupa bentuk jurus itu. Maksudnya badan kita bukan digerakan lagi oleh kemauan tetapi oleh badan itu sendiri (refleks dan rileks).
Perkembangannya sendiri berupa dari daerah Jawa Barat bagian tengah dan Priangan Timur. Dari Bogor dan Cianjur menyebar ke Purwakarta lalu ke Sukabumi-Bandung-Garut-Tasikmalaya dst. Juga dipesisir utara walupun tidak sepesat didaerah lainnya, sedangkan di Banten istilah Maenpo kurang dikenal. oleh karena itu Terumbu disebut Terumbu bukan Maenpo Terumbu. Lain dengan orang menyebut Maepo Cikaret, Maenpo Cimande, Maenpo Cikaret. Tetapi sekarang orang lebih sering menyebut langsung saja( Cimande, Cikalong, Cikaret). Maenpo juga disebut bersama orang yang mengembangkannya, contoh Maenpo Peupeuhan Adung Rais, Maenpo H. Marzuki dan sebagainya.

Selayang Pandang PPS Nampon

Pendahuluan
Keilmuan PPS Nampon ini diwarnai berbagai aliran Pencak Silat terutama dari sekitar wilayah Cianjur  yang dulu sampai sekarang di Cianjur dikenal dengan MAENPO, aliran pencak silat tersebut adalah Cikalong, Cimande, Cikaretan, Syahbandar, Kari dan Madi. Pencak silat Nampon merupakan salah satu olahraga yang mempunyai kadar dimensi pembinaan mental, spiritual dan keterampilan beladiri. Merupakan budaya asli tatar Sunda, juga merupakan akar budaya bangsa.
Sejarah Singkat PPS Nampon
Pencak silat Nampon, tergali sejak tahun 1932 oleh seorang pejuang perintis kemerdekaan yang bernama Uwa Nampon dari Padalarang. Secara resmi dikembangkan kembali oleh salah satu penerusnya yaitu Paguron Pencak Silat Nampon Jalasutra Bandung pada tanggal 28 November 1993. Dan telah terdaftar pada Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jabar dan Direktorat Sospol Propinsi Daerah tingkat I Jawa Barat. Paguron Pencak Silat Nampon tersebar diseluruh Indonesia dan Mancanegara dengan berbagai nama perguruan. Di Indonesia Paguron beraliran Nampon yaitu P3S RAJAKAWASA, Pantau Putih, PPS Jurus Tegal, PPS Pandawa, Sinar Mustika, Ragajati, PPS Nampon Trirasa Jalasutra, PPS Nampon Kiwari, PPS Nampon Putra, Trirasa Haeruman, Jurus Penyadar, Teratai Putih, dan lain-lain
Untuk Apa Nampon
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pencak silat Sunda, berakar budaya bangsa.
Mengembangkan tali silaturahmi kekerabatan, dan kekeluargaan diantara anggota dimanapun berada.
Mengembangkan Nampon bagi pengabdian masyarakat menyongsong era Globalisasi
Manfaat Pelajaran
 Pelajaran pencak silat Nampon pada dasarnya adalah memaksimalkan tenaga/energi yang ada pada diri kita dengan melatih diri kita melalui jurus-jurus yang merangkum unsur gerak, olah napas dan olah rasa. PPSN Jalasutra telah dikemas sedmiikian rupa tidak khusus untuk tarung, melainkan lebih cnderung pemanfaatan pada aspek-aspek yang dibutuhkan sehari-hari. Dasar latihan diatas dengan Menggunakan jurus satu sampai 10 dan kombinasinya.
Adapun manfaat dari kombinasi jurus tersebut antara lain untuk:
-  Pengobatan
-  Kesehatan
-  Penjagaan diri dan lingkungan
-  Penangkal kejahatan
-  Peningkatan kualitas energi ( Bio elektromagnet)

Tempat Latihan di Sumedang
SMK Informatika Sumedang
SMAN 2 Sumedang
SMAN Situraja

Kurikulum Pembelajaran PPS Nampon Trirasa Jagasatru

Ringkasan Kurikulum

Tingkat   Materi Pelajaran Keterangan
I Pengenalan, Sejarah dan Paket Anggota Baru  
(1 Tahun) Ikrar  
  Tahap I A Kenaikan jurus dpt. Dilakukan
  1 Jurus dan dijatuhkan untuk 10 jurus setiap 2 minggu dgn. Pola
  2 Evaluasi Jurus untuk Harkatan Awal 15 jam / jurus
     
  Tahap I B  
  1 Jurus Harkat 10 jurus Mulai mendapat pelajaran
  2 Jurus Gebreg 10 jurus harkatan berikut PR-nya
  3 Gabungan 10 jurus menjadi 5 jurus dengan pola waktu 2 bulan
  4 Latihan Olah Nafas dan Penimbaan Energi Bumi sekali mendapat harkatan
  5 Latihan Meditasi tahap I Vertikal dan Segitiga
  6 Dijatuhkan dan Menjatuhkan secara benar dan tepat  
  7 Pasangan Jurus dan Harkatan Pengobatan  
  8 Evaluasi Kenaikan tingkat Keselarasan Jiwa dan Raga
     
II 1 Teknik Rapetan dan Ibing Penca  
(1 Tahun) 2 Latihan Jurus Tenaga Dalam & Gebreg (3:1) Harkatan lanjutan
  3 Sekilas jurus 5 Setelan jurus / gabungan jurus
  4 Jurus Gerak Balik sesuai dengan tingkatan
  5 Penajaman Harkatan / Setelan jurus  
  6 Pendalaman dan Efisiensi Jurus  
  7 Melihat Aura  
  8 Latihan Nafas dan Meditasi Tahap II Gelombang / Spiral, SegiEmpat
  9 Evaluasi Kenaikan tingkat Kewaspadaan
       
III 1 Jurus 5 dan Tangtungan Leuleus Melanjutkan harkatan, dan
(1 Tahun) 2 Evaluasi dan Pendalaman Tingkat I dan II experimen-experimen,
  3 Pengamalan Ilmu sampai harkatan akhir
  4 Jurus-jurus rahasia Menembus Ruang Waktu
  5 Meditasi Tahap III dan Pelajaran nafas inti Pendekatan dgn. Alam
  6 Hakekat Pelajaran Kekuatan Diam / Kepasrahan
  7 Jurus Energi dan Pendekatan Alam  
  8 Evaluasi Pelajaran  
     
Khusus 1 Pendalaman  
  2 Penyiapan calon guru  
       

Last Updated on 04/20/2000
By Rudy S Lubis