Sejarah Maenpo Cikalong
Satu
lagi keistimewaan Raden H. Ibrahim adalah dalam penerimaan murid.
Beliau tidak memiliki murid yang banyak karena beliau berpikir setiap
murid harus punya waktu khusus dengan beliau. Satu waktu latihan untuk satu murid.
Dan juga beliau sangat berhati-hati dalam memilihnya, karena apa yang
beliau pelajari dan ajarkan bisa menjadi sangat berbahaya kalau ada di
tangan yang salah.
Dengan jalan begitu beliau betul-betul mengenal karakter setiap murid dan juga kelebihan serta kekurangan masing-masing. Beliau tidak akan begitu saja misalnya mengajarkan “Peupeuhan” kalau murid itu punya kelebihannya di “Ulin Tangtung”, begitu sebaliknya. Tetapi ada juga murid-murid yang sangat berbakat, misal Rd. Obing (yang akhirnya dikenal dengan nama Rd. Obing Ibrahim, nama Ibrahim diberikan oleh Rd. H. Ibrahim sendiri karena sangat sayang dengannya). Rd. Obing Ibrahim adalah contoh murid yang diajarkan semuanya.
Dari semuanya itu, yang sangat penting di Maenpo Cikalong adalah “Olah Rasa”, yang dilakukan melalui “Ulin Tapel”. Jadi murid-murid baik itu yang pelajar Peupeuhan, Ulin Tangtung, Ulin Puhu, dsb… pada akhirnya semua belajar Ulin Tapel. Ulin Tapel (olah rasa) sendiri dilakukan dalam tahapan:
1. Rasa Napel
2. Rasa Anggang
3. Rasa Sinar
1. Rasa Napel (Napel = Menempel)
Ini adalah tahap pertama dalam olah rasa, dilakukan dengan menempelkan kedua lengan dengan lawan. Untuk murid dengan “rasa” yang sudah sangat halus dan tajam, mereka melakukannya dengan tidak melihat (menunduk atau menutup mata dengan kain), tetapi bisa merasakan pergerakan lawan maupun arah tenaga dan sumber tenaga lawan.
2. Rasa Anggang (Anggang = “terdapat jarak”)
Tahapan kedua adalah “rasa anggang”, yang dilakukan tanpa menempelkan tangan, dan mencoba membaca tenaga, arah serangan, sumber tenaga dan pergerakan lawan. Ini seperti “rasa napel” yang diberi jarak. Seperti juga dalam “rasa napel”, murid-murid expert bisa melakukannya dengan mata tertutup.
3. Rasa Sinar
Ini mungkin terdengar dan terlihat seperti “utopia”, seperti mimpi… seperti khayalan. Tetapi kalau sudah melihat seorang pelaku Maenpo Cikalong melakukannya mungkin akan percaya. Hal ini tidak berhubungan dengan ilmu ghaib. Rasa Sinar sendiri bisa diartikan latihan intuisi dan eksistensi. Mungkin salah satu contoh penerapannya kita bisa mengetahui orang yang datang mendekati kita itu punya niat baik atau jahat. Sesuai dengan namanya, merasakan dari “sinar” orang.
Ketiga “olah Rasa” tersebut bertujuan untuk mencari “kesempurnaan rasa” dalam Maenpo Cikalong yang disebut “rasa sajeroning rasa”, artinya “rasa di dalam rasa”. Sebuah wujud ketenangan dan kematangan dalam ber-Maenpo.
TAMAT
——————————-
Disadur dari tulisan Kang Mpay, yang pernah menuliskan-nya di forum kaskus.us
Dengan jalan begitu beliau betul-betul mengenal karakter setiap murid dan juga kelebihan serta kekurangan masing-masing. Beliau tidak akan begitu saja misalnya mengajarkan “Peupeuhan” kalau murid itu punya kelebihannya di “Ulin Tangtung”, begitu sebaliknya. Tetapi ada juga murid-murid yang sangat berbakat, misal Rd. Obing (yang akhirnya dikenal dengan nama Rd. Obing Ibrahim, nama Ibrahim diberikan oleh Rd. H. Ibrahim sendiri karena sangat sayang dengannya). Rd. Obing Ibrahim adalah contoh murid yang diajarkan semuanya.
Dari semuanya itu, yang sangat penting di Maenpo Cikalong adalah “Olah Rasa”, yang dilakukan melalui “Ulin Tapel”. Jadi murid-murid baik itu yang pelajar Peupeuhan, Ulin Tangtung, Ulin Puhu, dsb… pada akhirnya semua belajar Ulin Tapel. Ulin Tapel (olah rasa) sendiri dilakukan dalam tahapan:
1. Rasa Napel
2. Rasa Anggang
3. Rasa Sinar
1. Rasa Napel (Napel = Menempel)
Ini adalah tahap pertama dalam olah rasa, dilakukan dengan menempelkan kedua lengan dengan lawan. Untuk murid dengan “rasa” yang sudah sangat halus dan tajam, mereka melakukannya dengan tidak melihat (menunduk atau menutup mata dengan kain), tetapi bisa merasakan pergerakan lawan maupun arah tenaga dan sumber tenaga lawan.
2. Rasa Anggang (Anggang = “terdapat jarak”)
Tahapan kedua adalah “rasa anggang”, yang dilakukan tanpa menempelkan tangan, dan mencoba membaca tenaga, arah serangan, sumber tenaga dan pergerakan lawan. Ini seperti “rasa napel” yang diberi jarak. Seperti juga dalam “rasa napel”, murid-murid expert bisa melakukannya dengan mata tertutup.
3. Rasa Sinar
Ini mungkin terdengar dan terlihat seperti “utopia”, seperti mimpi… seperti khayalan. Tetapi kalau sudah melihat seorang pelaku Maenpo Cikalong melakukannya mungkin akan percaya. Hal ini tidak berhubungan dengan ilmu ghaib. Rasa Sinar sendiri bisa diartikan latihan intuisi dan eksistensi. Mungkin salah satu contoh penerapannya kita bisa mengetahui orang yang datang mendekati kita itu punya niat baik atau jahat. Sesuai dengan namanya, merasakan dari “sinar” orang.
Ketiga “olah Rasa” tersebut bertujuan untuk mencari “kesempurnaan rasa” dalam Maenpo Cikalong yang disebut “rasa sajeroning rasa”, artinya “rasa di dalam rasa”. Sebuah wujud ketenangan dan kematangan dalam ber-Maenpo.
TAMAT
——————————-
Disadur dari tulisan Kang Mpay, yang pernah menuliskan-nya di forum kaskus.us
Tidak ada komentar:
Posting Komentar